Hari ini gua merasa sepi walaupun hp gua sering berbunyi,
tanda chat yang masuk entah itu chat grup ataupun personal chat. Saat sepi itu
gua isi buat gua memikirkan apa yang gua jalani entah di masa lalu ataupun hal
yang belom lama ini gua lakuin.
Gua masih ingat pertama kali melihat lo, melihat senyuman tipis
diwajah lo. Semenjak saat itu terasa hal yang berbeda, melihat lo menjadi sebuah
kebiasaan. Di dekat lo membuat gua salah tingkah. Namun satu hal yang gua tau,
perasaan ini perlahan tumbuh.
Waktu kita lalui, kita berjalan mengisi waktu kita sendiri-sendiri
entah sudah berapa lama melihat lo sekarang terasa seperti biasa saja, entah
perasaan ini sudah hilang atau gua yang sudah terbiasa dengan perasaan ini.
Tiba-tiba kita berdua mulai dekat karena beberapa hal yang kita
lakukan berdua. Dari hal kecil hingga hal besar, membuat gua menghabiskan waktu
dengan lo. Namun mengapa gua bahagia dengan hal-hal yang kita lakukan bersama
ini? Apa mungkin rasa yang dulu pernah gua rasakan masih ada?
Kita semakin dekat, karena kejadian yang kita lalui bersama.
Melihat senyuman lo membuat hati gua tenang. Walau tidak tau untuk siapa
senyuman itu ditujukan. Tapi tetap membuat gua tenang dan nyaman melihatnya.
Perasaan ini semakin tumbuh. Di dekat lo menjadi sesuatu
yang membuat gua nyaman. Melihat senyuman satu sama lain, menenangi kesedihan,
menjadi tempat cerita, saling bercanda mengisi kebahagiaan satu sama lain
menjadi sebuah kebiasaan kita.
Semakin waktu berlalu, gua tau ada perasaan yang harus gua
ucapkan dengan harapan lo juga mempunyai perasaan yang sama dengan gua. Walau
mungkin terlalu cepat untuk diungkapkan, namun yang gua tau hati ini tidak
mampu menahannya lagi.
Kata-kata mulai terucap. Gua akhirnya tau perasaan ini
terbalas, walaupun terbalas sedikit lama karena dia mempunyai kesibukan lain.
Namun tetap membuat gua bahagia dan membuat gua selalu ingin ada untuknya.
Hari-hari gua lewati bersama, mengisi hari satu sama lain
dengan kelebihan ataupun kekurangan yang tertutupi karena kehadirannya, menjadi
yang selalu ada untuknya, membahagiakan hari-harinya dan merasa tenang bahkan
senang disaat melihat senyumannya yang gua tau itu ditujukan untuk gua.
Setelah banyak hal yang kita lewati bersama, lo perlahan menghilang.
Kita jarang berhubungan satu sama lain. Apa mungkin yang gua takutkan terjadi?
Takut akan hilangnya perasaan lo terhadap gua karena kesalahan ataupun hal lain
yang gua gatau.
Akhirnya gua beranikan diri melihat lo, mengunjungi lo
disebuah tempat. Namun hal yang gua takutkan ternyata terjadi. Gua melihat lo
bersama orang lain. Terlihat dekat dan lebih dari sekedar teman dekat.
Hari-hari pun gua lewati, namun tidak berdua dengannya.
Sekarang sendiri menikmati kesepian yang kadang menusuk dada namun kadang
menyenangkan. Sepi tanpa kehadirannya. Kesepian itu gua isi dengan memikirkan
hal-hal yang gua lakuin selama ini. Entah hal penting ataupun ngga penting.
Namun karena hal itu gua jadi dapat menikmati kesepian yang gua rasakan.
Satu hal yang gua dapatkan disaat itu. Gua manusia yang jatuh
pada butuh, butuh diri lo yang selalu membuat gua termotivasi dan bersemangat
melakukan sesuatu. Namun gua udah gabisa melakukan apa apa lagi, gua cuma bisa
melihat dia dan merelakannya bersama orang yang baru.
Gua masih senang melihat senyumannya, walaupun senyuman itu bukan
ditujukan untuk gua. Senyuman itu sudah ditujukan terhadap orang lain. Gua cuma
bisa berharap lu bahagia.
Kita sama-sama memulai hidup baru kita masing-masing. Walaupun
diliputi kecanggungan karena masa lalu kita yang pernah saling bersama.
Sampai saat ini gua tidak pernah berhenti. Berhenti untuk belajar
menjadi teman baik lo, menjadi orang yang lo jadikan tempat bicara. Namun
tolong mengerti. Jangan menggantung apa yang gua rasakan. Jika tidak katakan
tidak. Jika iya katakan iya. Jangan selalu hanya tertawa atau tersenyum manis
disaat mengutarakan rasa. Gua cuma ingin lu tau. Cinta bisa jatuh pada siapa
saja, bahkan teman dekat ataupun teman lama yang tidak pernah lo duga akan
mencintai lo. Dan percayalah, menyayangi namun bertahan untuk tidak memiliki.
Itu lebih buruk dari sekedar patah hati.